Surat dari Bulan
Oleh : Dewi Cholida
Kantor NASA,
8 Agustus 1969
Sahabatku Jill Tarter,
Saat kau membaca surat ini, mungkin aku sedang menikmati libur panjangku bersama anakku, Lauren. Aku baru saja selesai rapat terakhir dengan tim pendaratan pesawat ruang angkasa Apollo 11. Seperti kuceritakan sebelumnya, aku memimpin tim yang bertugas memrogram komputer pesawat itu. Kau pasti sudah membaca berita bahwa pesawat itu berhasil mendarat di bulan, tanggal 20 Juli lalu.
Sungguh hari-hari yang menegangkan. Aku bekerja siang dan malam untuk membuat program dan mengurutkan kode perintah di komputer Apollo agar sempurna.
Kenyataannya, komputer dalam Apollo 11 sempat mengirimkan pesan yang salah. Aku tak bisa bernapas saat Neil Armstrong, Edwin E. Aldrin, dan Michael Collins nyaris gagal mendarat di bulan atau kembali ke bumi. Untungnya aku membekali komputer pesawat itu dengan banyak kode agar tetap fokus pada tugas utamanya, mendarat di bulan. Mereka mendarat dengan selamat di Samudera Pasifik, empat hari kemudian.
Semua ketegangan itu terbayar saat sepatu Neil menyentuh daratan berwarna gelap itu. Dan ini bagian paling seru: cerita Neil saat berada di bulan. Ia menemuiku sebelum rapat tadi dan aku akan membagi ceritanya padamu.
Bulan berhawa dingin saat ia datang. Lebih dingin dari kutub utara. Permukaan bulan dipenuhi dengan kawah akibat sering terbentur batu-batu besar dari angkasa luar. Tak ada angin atau cuaca di sana. Perbedaan suhu yang terjadi di bulan murni karena perubahan waktu siang dan malam.
Neil dan Edwin mengambil satu tas penuh pasir saat di bulan untuk penelitian. Kau pasti membayangkan mereka meminta izin pada pemiliknya. Sayang, mereka tak bertemu siapa pun. Mungkin para penduduk bulan sedang berada di belahan bulan yang lain karena ukuran bulan sekitar seperempat ukuran Bumi.
Apa pun itu, aku bersyukur kode komputer yang kususun bisa mengantar manusia ke bulan. Suatu saat nanti aku akan mengurutkan kode dalam komputer untuk mengantarmu ke planet Venus atau benda-benda lainnya yang berserakan di langit. Berdoalah.
Sebelum semua itu terwujud dan sebelum aku mengakhiri surat ini, aku juga mengirimkan syair yang dibuat Lauren. Syair itu ia tulis setelah melihat si bintang utara Polaris melalui teleskop, hadiah darimu. Ia menitipkan salam, semoga kau menyukainya.
Dari sahabat penamu,
Margaret Hamilton.
Seandainya sahabatku
dari ruang angkasa
Apa yang terjadi
Oh mungkinkah?
Melihat bintang utara
Bermain dengan air
Mengitari planet Saturnus
Bersama-sama
Kata-kata yang indah
Tidaklah perlu
Sungguh menyenangkan hati
Hingga waktu pun terlupakan
Planet Venus yang indah
Seperti dari emas
Tempat yang paling indah
Yang pernah kudatangi bersamanya
* Margaret Hamilton adalah seorang programer sekaligus insinyur NASA yang menjadi kunci keberhasilan pesawat Apollo 11 mendarat di bulan pertama kali, 20 Juli 1969.
* Jill Tarter adalah seorang ahli astronomi dan direktur SETI, pusat terpenting untuk penelitian ilmiah tentang kemungkinan kehidupan di luar angkasa.
* Syair pada halaman 4 diadaptasi dari lagu Seandainya Sahabatku dari Luar Angkasa, Soundtrack Mojacko.
