Perjalanan Apis

Oleh: Dewi Cholidatul

Apis membuka mata dengan enggan, saat matahari terbit di sebelah timur. Ia masih meringkuk di dalam kantung tidurnya yang hangat. Sepertinya, memejamkan mata sedikit lagi tak jadi masalah.

Telinga Apis mendengar suara dengung yang ribut sekali di luar sarang. Teman-temannya pasti sudah berkumpul. Mereka berbaris rapi dan bersiap menerima tugas hari ini.

“Pazukaaan... ziap!” kata Komandan Zoe tegas.

Dengung ribut yang terdengar sebelumnya mendadak senyap. Semua mulut terkatup. Apis baru beranjak saat Zoe memerintahkan pasukannya berhitung secara bergiliran. Apis baru keluar sarang saat terdengar teriakan sembilan puluh sembilan.

“Zeratuz... Apiiiz?” Pita suara Zoe melengking menyebutkan nomor urut Apis. Lehernya celingukan ke kanan-dan ke kiri. Apis justru muncul dari belakangnya.

“Aku di sini,” kata Apis dengan suara rendah menuju barisan. Kepala Zoe menggeleng-geleng tak senang.

Zoe berdeham sebelum berceramah. Ia memerintahkan pasukan ke kebun stroberi di sebelah utara. Mereka diperintahkan mengumpulkan nektar (pembentuk madu bunga stroberi). Mereka juga diingatkan untuk menjatuhkan serbuk sari pada bunga-bunga mungil itu.

Pasukan Zoe mendengarkan dengan khidmat, kecuali Apis. Mulut lebah pekerja itu komat-kamit mengikuti kata-kata Zoe seolah hafal di luar kepala.

“Menjemukan sekali,” kata Apis dalam hati.


Apis sebenarnya selalu bertanya-tanya mengapa Zoe selalu mengucapkan bunyi “Z” ketika seharusnya dia mengucapkan “S”. Mungkin karena bentuk mulutnya berbeda dengan lebah yang lain. Buat Apis itu hal yang harus dihargai, tapi tetap saja dia tak acuh dengan pengumuman Zoe.

“Ada zatu pengumuman lagi. Karena Zizi zedang zakit, dia akan berada di zarang berzama Ratu. Zementara, tugaznya untuk mencari ladang baru akan digantikan oleh Apiz,” kata Zoe sambil menatap Apis.

Mata Apis hampir melompat keluar. Jalan-jalan? Mencari ladang baru? Horeee... dari dulu Apis selalu ingin menjadi duta lebah, tetapi kesempatan itu tak kunjung datang. Selama ini, Zizi terlalu sempurna mengerjakannya seorang diri.

Apis menggendong tas punggung yang sudah disiapkan untuknya. Ia hendak mengepakkan sayap. Tapi, suara Zoe menghentikan niatnya. Zoe menjelaskan isi tas yang digendong Apis. Di dalamnya ada kotak bekal, botol kosong, dan buku catatan Zizi sebelum sakit. Zoe meminta Apis membaca laporan itu sebelum mencari tempat baru.

“Iya, aku tahu,” kata Apis tak acuh. Tangannya dilipat di depan dada.

Sikap Apis tak membuat Zoe hilang kesabaran. Ia kembali menjelaskan jenis tanaman yang harus dicari Apis. Kata Zoe, serbuk sari mereka hanya cocok untuk bunga-bunga berwarna mencolok, besar, harum, dan memiliki kelenjar madu.

“Kau haruz lebih teliti zaat mencari,” kata Zoe mengimbuhkan.

“Iya, iya,” kata Apis mulai bosan.

“Dan ingatlah, kita hanya punya zedikit waktu. Kalau tidak, kita zemua akan kelap...” tapi Apis sudah tidak sabar. Ia terbang tanpa menggubris satu pun pesan Zoe.


Sayap-sayap kecil Apis terbang menjauhi sarang. Ia pergi ke arah selatan tanpa berpikir panjang. Sepertinya, Apis masih mendengar suara Zoe di kejauhan. Namun, ia tak sabar untuk menikmati kebebasannya.

“Ini adalah hari terbaikku!” Apis mendarat, kemudian merebahkan tubuhnya di selembar daun panjang berujung lancip.

“Hei, apa yang kau lakukan di sini?” suara Bu Jagung mengagetkan. Apis tak menggubris sapaan Bu Jagung.

“Pergilah! Penyerbukanku sudah dibantu oleh angin!,” kata Bu Jagung sedikit berteriak.

“Pelit sekali!” teriak Apis.

Perut Apis bergemuruh saat sayapnya terbang ke arah barat. Ia sedikit menyesal tak mengikuti saran Zoe untuk sarapan sebelum pergi. Ia kembali mendarat di selembar daun pohon mangga tanpa permisi. Belum sempat ia mendarat, Pak Mangga sudah menghardiknya.

“Aku tak butuh serbuk sarimu. Penyerbukanku bisa kulakukan sendiri!” kata Pak Mangga, tegas.

“Huh!” Apis menggerutu dan terbang tanpa menoleh.

Ia berbelok ke utara dan sampai di kebun stroberi. Ia mengendap-endap mendekati salah satu bunga.

“Apiz?” Suara Zoe membuatnya kaget. Mulut Apis urung menghisap bunga yang ditemukannya tadi.

“Apakah kau zudah menemukan tempat yang baru? Kau memang lebah pintar,” kata Zoe sembari tersenyum.

“Oh, tentu,” kata Apis gugup.

“Hei, apakah bekalnya terlalu zedikit untukmu?” tanya Zoe.

“Bekal? Ten... tentu saja cukup. Baiklah, aku akan pergi lagi untuk mencari tempat kedua,” kata Apis tergagap.

Sayapnya menukik ke arah timur.


Apis tak kuat lagi. Sayapnya pegal karena terbang terlalu lama. Tangannya meraih tas punggung dan menurunkannya. Hatinya girang ketika melihat kotak bekal yang penuh dengan nektar. Mulutnya menyesap perlahan. Selama ini, ia tidak mau mendengarkan. Akibatnya, Ia membiarkan perutnya kosong. Padahal punggungnya penuh dengan bekal dan...

“Catatan Zizi!” Apis berseru saat melihat buku catatan di sisi tasnya.

Ia segera membuka catatan itu. Ah, kalau saja ia mau mendengar, pasti tak perlu pergi ke tempat-tempat yang sudah pernah didatangi Zizi.

Apis mengemasi bekalnya. Kini, ia tahu tujuannya. Ia terus terbang ke arah timur. Di sana, ia melihat hamparan bunga matahari. Ia langsung menyapa Nyonya Bunga Matahari dengan sopan. Ia juga mengucapkan maksud kedatangannya.

Nyonya Bunga Matahari senang menerima kedatangan Apis. Ia menjelaskan, ladang itu memproduksi ekstrak biji bunga matahari menjadi minyak. Minyak itu bisa digunakan sebagai campuran salad dan menggoreng.

“Minyak kami juga bisa dioleskan langsung ke kulit, untuk melindungi kulit agar tidak terbakar, ” katanya.

Apis menyimak dengan saksama. Tangannya sibuk mencatat.

“Mungkin kau membutuhkan contoh nektar yang kami hasilkan?” imbuh Nyonya Bunga Matahari.

Ia mendekati Nyonya Bunga Matahari setelah meminta izin. Mulutnya mengerucut mengisap nektar lezat bunga matahari. Apis memasukkan sejumlah nektar ke dalam botol kosong. Ia akan memberikannya pada Zoe sebagai contoh.

“Sampai jumpa besok, Nyonya,” kata Apis ramah. Untuk pertama kalinya dalam hidup, Apis merasa sangat berguna.


Hari ini kita akan membaca sebuah cerita berjudul "".

Bacalah cerita secara utuh dari satu halaman ke halaman lain! Kamu bisa klik tombol nomor halaman pada bagian atas cerita. Kamu juga bisa klik tombol “Selanjutnya” atau “Sebelumnya” pada bagian bawah cerita untuk berpindah dari satu halaman ke halaman yang lain.

Setelah selesai membaca cerita secara utuh, kerjakan soal berikut!
1 dari

Berdasarkan paragraf pertama pada halaman pertama dari cerita tersebut, hal apa yang sebenarnya ingin dilakukan oleh Apis?

2 dari

Apa yang dilakukan Apis saat Zoe berceramah?

3 dari

Sebutkan 2 hal yang ditugaskan oleh Zoe kepada pasukan lebah!

4 dari

Setujukah kamu dengan sikap Apis ketika Zoe berceramah?
Jelaskan alasanmu!

5 dari

Mengapa Apis dipilih menjadi duta lebah?

6 dari

Menurut pendapatmu, mengapa Zoe menjelaskan secara lengkap hal-hal yang harus dilakukan Apis selama menjadi duta lebah?

7 dari

Berdasarkan cerita pada halaman 2, apakah Apis serius dalam menjalankan tugas menjadi duta lebah untuk menggantikan Zizi? Mengapa?

8 dari

"Sikap Apis tak membuat Zoe hilang kesabaran."
Maksud dari kalimat tersebut adalah …

9 dari

Manakah pernyataan yang benar berdasarkan isi cerita?
Kamu dapat memilih lebih dari satu jawaban.

10 dari

Apa yang dirasakan Apis ketika Bu Jagung mengusirnya?

11 dari

Mengapa Apis tidak jadi mengisap bunga yang ditemukannya di kebun stroberi?

12 dari

Berdasarkan cerita tersebut, apakah Apis sudah menemukan tempat baru seperti yang ditanyakan Zoe? Jelaskan alasanmu!

13 dari

Mengapa Apis tidak kuat lagi untuk terbang?

14 dari

Bagaimana perbedaan sifat Apis di awal dan di akhir cerita?

15 dari

Menurutmu, apa yang akan terjadi jika sejak awal Apis mendengarkan Zoe?

16 dari

Apakah kamu pernah melakukan hal seperti yang dilakukan oleh Apis? Kapan itu terjadi?
Ceritakan pengalamanmu tersebut!

Sekarang kamu bisa memeriksa ulang jawaban-jawabanmu.
Kalau kamu sudah yakin dengan jawabanmu, kamu bisa klik tombol “SELESAI”!

SELESAI

Tampilkan Pertanyaan

Ada soal yang belum selesai dikerjakan.
Apakah kamu yakin ingin melanjutkan?

  Tetap Lanjutkan